Setelah lulus sekolah menengah atas, ada yang kuliah, ada yang bekerja, bahkan temen-temen yang cewek ada juga yang langsung menikah. Saya sebenarnya pengen banget kuliah apalagi kuliah di perguruan tinggi negeri yang reguler, tapi karena kendala di biaya saya memutuskan untuk bekerja dahulu, karena saya rasa saya sudah layak buat balas budi ke orang tua dan ini giliran saya untuk membiayai sekolah adik saya.
Setelah berjuang untuk mendapatkan pekerjaan akhirnya saya diterima bekerja di sebuah restoran kecil yang hanya menjual makanan penutup, kesempatan itu pun saya ambil walaupun jauh dari bidang kejuruan saya sewaktu sekolah, tapi lumayan buat menambah pengalaman.
Restoran Kanada ini memiliki beberapa cabang di Jakarta bahkan sampai luar pulau Jawa, maka tidak jarang saya dipindahkan untuk bertugas di cabang yang lain. Setelah bekerja enam bulan saya dipindahkan hanya di mal di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, namun setelah itu saya mengalami dilema yang cukup besar karena saya akan dipindahkan ke cabang di pulau Bali selama tiga bulan dari Juni 2012.
Sebenarnya pulau Bali adalah impian saya, keindahannya yang saya saksikan melalui televisi sangatlah memukau, ketika saya duduk di sekolah dasar saya pernah menggambar pulau dewata dan berharap saya bisa pergi kesana. Hal yang membuat saya berat hati adalah bahwa tiga bulan kedepan saya akan menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri, saya tidak tau bagaimana jadinya jika saya merayakannya tanpa keluarga, saya juga belum percaya diri apakah saya bisa hidup mandiri, apalagi saya ditugaskan hanya sendirian, saya yang masih sangat lugu (  ) ini juga belum tau prosedur untuk bepergian dengan pesawat, hehe.
Namun disisi lain saya berfikir bahwa kesempatan mungkin tidak datang kedua kalinya, perusahaan pun membiayai penuh akomodasi saya jika bersedia berangkat, setelah berdiskusi dengan orang tua, mereka pun mengizinkan, dengan beberapa petuah untuk semangat hidup mandiri pun sudah saya bekali.
Good bye Jakarta, good bye pulau Jawa, dan saya semakin menjauh dari desa Linggajati, kampung halaman tercinta.
Tiga bulan yang lalu ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di pulau Bali, saya tinggal di sebuah kamar kost berlantai tiga yang sebagian besar penghuninya sama seperti saya adalah karyawan yang bekerja di mal yang lokasinya ada di belakang tempat kost ini, dan saya sangat merasa tidak betah, bekerja disini pun harus berbicara dengan bahasa Inggris, untung saya punya bekal berbahasa Inggris yang cukup untuk percakapan sehari-hari, ternyata hobi dengar lagu dan nonton film berbahasa Inggris, walaupun hanya film Batman, Spider-Man dan fiktif lainnya tapi ada gunanya juga , walaupun masih pasif, suatu saat nanti pasti bisa aktif kalau sudah biasa, hal lain saya bingung sekali dan tidak tau di mana mencari makanan yang halal, karena jika asal membeli banyak makanan yang tidak boleh dimakan oleh umat muslim, masjid pun enggak ada hampir setiap hari saya tidak pernah mendengarkan adzan secara langsung, ada adzan di televisi itu pun tayangan telat satu jam karena waktu di televisi mengikuti waktu Indonesia bagian barat.
Tapi show must go on, haha, saya sudah disini dan saya enggak mungkin pulang, saya harus menikmati masa-masa saya di pulau dewata ini, ini adalah pulau impian saya, saya harus menghibur diri, di pulau ini sangat banyak dan terkenal akan wisata terutama wisata budaya dan pantainya. Saya harus jalan-jalan! Tapi saya enggak tau mau jalan-jalan pakai apa, di Bali enggak ada kendaraan umum seperti Jakarta, taksi dan bis ada, tapi pasti mahal. Berbekal bertanya kepada teman di kawasan mal, ternyata di Bali ini baru saja launching bis umum yang diberi nama TransSarbagita, walaupun jangkauan nya belum luas seperti TransJakarta tapi lumayan untuk cukup mengantar saya keliling Bali, apalagi tiga bulan pertama setelah launching penumpang bis ini tidak dikenakan biaya sepeser pun alias gratis, saya suka hal ini! 
Saya pun pergi ke pantai Sanur, Nusa Dua, dan Garuda Wisnu Kencana yang merupakan tempat statue dewa terbesar yang konon bisa menyaingi patung Liberty, oh my God, awesome!
Adanya film The Amazing Spider-Man dan The Dark Knight Rises pun menambah daftar hiburan saya di pulau Bali yang tidak mungkin saya lewatkan, namun untuk mendapatkan tiket bioskop disini tidak semudah yang di bayangkan karena bioskop hanya ada satu-satunya di Bali ini yaitu di Mal Bali Galeria, ada mal baru yaitu Beachwalk Shopping Mall di kawasan pesisir pantai Kuta namun operasional belum sepenuhnya buka, bioskopnya masih bertuliskan coming soon, sehingga antrean panjang terjadi tak terbendung, padahal gedung bioskop buka jam 12:00 waktu Indonesia bagian tengah, tapi calon penonton sudah datang sejak jam 7 pagi, ya ampun , bahkan ada beberapa oknum yang ikut baris untuk membeli tiket padahal dia enggak mau nonton, tapi dia menjualnya kembali dengan harga yang lebih mahal, dan hingga peraturan bioskop menerapkan kepada calon penonton tidak boleh beli lebih dari empat tiket.
Kayaknya enggak cukup nih kalau cuma disini aja, tapi kemana dan gimana caranya ya?
Saya ingat, saya punya teman dalam grup pecinta anime Digimon, dan di sosial media saya rasa ada pecinta Digimon yang berasal dari pulau Bali, sepertinya saya harus mencari dia dengan menghubungi akun miliknya yang bernama Made Wiprasaru, tidak lama saya direspon olehnya dan kami ingin bertemu di pantai Jimbaran, oh shit terpaksa saya naik taksi haha. Kami pun bertemu dan membahas Digimon, dia bertanya sudah main kemana saja di Bali ini, karena belum banyak dia menceritakan tempat yang dia bilang luar biasa, saya pun jadi penasaran dan ingin sekali pergi kesan, dan dia mengajak saya ke Monumen Bajra Sandhi yang bisa dibilang Monas nya Bali yang merupakan monumen perjuangan rakyat Bali ketika zaman penjajahan, kemudian ke pura Luhur Uluwatu, dan terakhir pantai Kuta, benar-benar indah, ciptaan Allah sangatlah luar biasa!
Made Wipra merupakan seorang mahasiswa Universitas Udayana (UNUD) yang merupakan perguruan tinggi lokal di provinsi ini, dia sangat memotivasi saya buat semangat kuliah, sekarang kendalanya adalah saya sudah nyaman terjebak di dunia pekerjaan, namun memang saya tidak ingin selamanya bekerja disini, Made menceritakan tentang Universitas Terbuka (UT) yang merupakan perguruan tinggi negeri yang tersebar diseluruh Indonesia bahkan hingga luar negeri yang menerapkan sistem pembelajaran mandiri secara online jadi bisa dilakukan dengan jarak jauh melalui media internet, sebenarnya saya pernah mendengar tentang universitas ini sejak masih lulus sekolah namun saya merasa tidak yakin apakah saya bisa belajar secara mandiri karena terkadang ketika saya belajar di kelas dan ada guru pun saya suka merasa bosan haha. Tapi setelah saya berfikir, sepertinya saya tertarik karena bisa efisien sambil bekerja dan juga mengingatkan bahwa kuliah itu penting karena di era globalisasi ini sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang layak kalau bukan lulusan sarjana. Saya pun mendaftarkan diri di UT Denpasar dengan kelengkapan dokumen yang dikirim dari keluarga di Jakarta, saya tetap memilih lokasi ujian di Jakarta karena saya rasa saya enggak akan lama di pulau Bali ini.
Bulan puasa dan Idul Fitri pun kulalui meskipun tanpa mendengar suara takbir sama sekali, suasana nya pun sangat sedih karena hanya bisa meminta maaf ke keluarga hanya melalui telepon dan di bulan Juli ini saya merayakan ulang tahun yang ke sembilan belas tahun, walaupun saya merasa sedih dan harus merayakan nya sendiri, namun saya tetap tegar dan semangat bahwa tidak lama lagi saya akan pulang ke Jakarta. 
Tiga bulan pun cepat berlalu, perasaan pun kembali dilema, saya rindu keluarga dan ingin pulang dan saya juga merasa semakin hari saya semakin betah di Bali dan masih banyak tempat yang luar biasa yang saya raya tidak cukup di jelajahi hanya dalam waktu tiga bulan. 







.jpg)